Editor in Chief

Menjadi editor in chief memberikan keuntungan bagi saya untuk membaca naskah yang dikirimkan ke jurnal kami. Naskah yang dikirim oleh berbagai penulis dengan latar belakang yang berbeda –dosen, pustakawan, ada pula mahasiswa— mengenai peristiwa yang terjadi diseputar dunia perpustakaan dan pemanfaatan informasi. Peristiwa yang mustahil bagi saya sendiri untuk datang dan melihat sendiri fenomena yang terjadi. Melalui tulisan-tulisan beliau ini saya seakan berada disana dan mengalaminya sendiri.

Sebagian naskah yang dikirim ada pula yang merupakan tinjauan penulis mengenai perkembangan literatur yang kebetulan menjadi daya tarik bagi penulis, kami mengenalnya sebagai kajian bibliometrika. Sama halnya dengan peristiwa di dalam perpustakaan, saya jelas tidak mungkin bisa mengamati perkembangan ilmu pengetahuan yang terekam dalam berbagai literatur yang ada. Namun dengan membaca meskipun terkadang hanya sekilas naskah-naskah yang menceritakan tentang sitasi dari satu dua jurnal lain, saya seperti ikut terlibat dalam proses pengamatan dan penelitian yang dilakukan para penulis dan merasa ikut belajar melalui temuan-temuan studi bibliometrika tersebut.

Pesan yang saya temukan melalui pekerjaan sebagai editor in chief pada sebuah jurnal kajian perpustakaan dan informasi ini seperti berisi bahwa perpustakaan memang benar merupakan lumbung pengetahuan. Perpustakaan merupakan locus yang didalamnya sarat dengan cerita, cerita tentang masyarakat yang menjadi pengguna perpustakaan, cerita tentang interaksi antara pustakawan dengan masyarakat yang menggunakan koleksi perpustakaan, dan cerita tentang berbagai macam sumber informasi yang dikelola perpustakaan dan dimanfaatkan oleh siapapun yang membutuhkan dan akhirnya menggunakan sumber informasi tersebut. Dan saya bisa bilang setiap cerita adalah unik. Setiap cerita menawarkan rasa ketertarikan yang mendalam tentang setiap angle yang ada diperpustakaan. Saya akhirnya melihat diri saya ibarat seorang pengembara dipadang pasir yang menemukan sebuah oase, semakin saya melibatkan diri dan pikiran kedalam cerita tentang perpustakaan maka semakin haus saya akan cerita-cerita lain yang saya harapkan bisa membawa saya kedalam pengembaraan baru.

Lalu kemudian mungkin muncul pertanyaan, dalam kondisi yang dinamis ini bagaimana perpustakaan bisa bertahan? Siapa aktor didalam perpustakaan yang menjadikan perpustakaan tetap eksis? Saya bisa menjawab pertanyaan itu dengan sederhana, tanpa rumus atau tanpa metode yang njelimet: aktor pentingnya adalah pustakawan. Saya melihat perpustakaan sebagai sebuah learning system yang memantau setiap perubahan yang ada diluar perpustakaan, lalu pustakawan yang menangkap perubahan itu dan me-metamorfosiskan sumber daya yang dimiliki perpustakaan sehingga potensi yang dimiliki tetap relevan dengan dinamisasi jaman.

Oleh karena itu, saya punya simpulan sendiri bahwa mungkin fleksibilitas itu yang membuat perpustakaan mampu tetap bertahan melewati segala masa. Kita sama-sama menyaksikan bagaimana sebagian orang menterjemahkan penggalan peristiwa kedalam berbagai istilah, satu masa disebut sebagai masa revolusi industri, sebagian lagi disebut masa dengan hitungan angka seperti 3.0 dan 4.0, dan baru-baru ini yang sedang terjadi orang menamai masa terkait dengan nama wabah penyakit. Disetiap masa ini perpustakaan selalu ada bahkan menjadi bagian dari cerita. Cerita yang kemudian oleh sebagian orang diwujudkan dalam bentuk tulisan, ada pula yang dikemas dalam bentuk diskusi dengan melibatkan komunitas tertentu. Cerita-cerita itu menjadi bukti bahwa perpustakaan memiliki imun yang tinggi yang mampu membuatnya bertahan dari segalam macam cuaca dan akan terus menunjukkan eksistensinya, hidup disegala masa entah orang akan menamai masa apalagi kedepan nanti.

Sebagai penutup, setiap naskah yang diterima jurnal kami bisa berproses hingga ketahap penerbitan karena kerja militan personil yang terlibat didalam jurnal kami. Dimasa pandemi ini dimana setiap personil jurnal waktunya banyak disibukkan dengan upaya penyesuaian akibat perubahan yang terjadi, maka sebenarnya akan sangat dimaklumi apabila mereka memprioritaskan pekerjaan utama mereka dan meninggalkan pekerjaan mereka di jurnal Lentera Pustaka. Namun ternyata hal itu tidak terjadi, sehingga sudah selayaknya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada setiap pihak yang terlibat mulai dari para editor, section editor, peninjau, dan tentu saja para penulis yang menghantarkan ceritanya kepada kami dan kepada seluruh pembaca.

Selamat berkelana.

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/lpustaka/issue/view/2844

Leave a comment